PENYEBAB HEPATITIS C | DEDEN SURA AGUNG Sharing

Selasa, 01 Januari 2013

PENYEBAB HEPATITIS C

By DEDEN SURA AGUNGHepatitis berarti pembengkakan pada hati. Banyak macam dari virus Hepatitis C. Dalam banyak kasus, virus yang masuk ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati, mengganggu aktivitas normal dari sel tersebut, lalu menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C kemudian menginfeksi sel lain yang sehat.
Jika anda penderita Hepatitis C, sangat penting untuk mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari alkohol. Alkohol akan memperparah kerusakan hati anda, baik anda dalam pengobatan ataupun tidak.
Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan juga bisa sebagai efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C dapat diatasi dengan istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin.
Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C (yang sering disebut genotipe) dan lebih dari 50 subtipenya.
Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan.
Bagaimana Keluhan dan Gejalanya?
Penderita terinfeksi Hepatitis C dari berbagai macam cara. Mereka bisa saja tidak merasakan gejalanya sama sekali. Faktanya, gejala pada Hepatitis C yang kronis tidak tampak sampai kerusakan hati yang parah terjadi. Oleh sebab itu, sangat penting untuk melakukan tes kesehatan hati Anda, misalnya memeriksa kadar ensim pada darah atau tes darah lainnya, USG hati, atau biopsy hati.
Gejala-gejala hepatitis bisa hilang timbul atau mungkin hanya bersifat temporer. Namun, proses kerusakan hati tetap saja terjadi, terlepas dari ada tidaknya gejala. Gejala yang berat bisa juga muncul tanpa terjadinya proses kerusakan hati yang permanen tetapi ini jarang.
Bila Anda mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah, mungkin saja Anda terinfeksi virus hepatitis C. Sangat jarang orang yang mengidap infeksi virus Hepatitis C mengalami semua gejala Hepatitis C.
Gejala biasanya terjadi pada lebih kurang 5% dari seluruh pengidap Hepatitis C dan gejala-gejala itu meliputi:
  • rasa letih,
  • demam,
  • menggigil
  • tidak nafsu makan
  • mual dan muntah
  • kuning
  • nyeri perut kanan atas
  • penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
Bila Anda merasa yakin berisiko tertular Hepatitis C, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter Anda.
Ingat: Apa yang Anda rasakan tidak dapat menjadi ukuran terhadap seberapa parahnya kerusakan fisik yang Anda alami. Jika Anda menunggu sampai merasakan gejalanya sebelum melakukan pengobatan mungkin saja hati Anda sudah mengalami kerusakan parah.
Dalam beberapa kasus,Hepatitis C dapat menyebabkan peningkatan enzim tertentu pada hati, yang dapat dideteksi pada tes darah rutin. Walaupun demikian, beberapa penderita Hepatitis C kronis mengalami kadar enzim hati fluktuasi ataupun normal.
Meskipun demikian, sangat perlu untuk melakukan tes jika anda pikir anda memiliki resiko terjangkit Hepatitis C atau jika anda pernah berhubungan dengan orang atau benda yang terkontaminasi. Satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi penyakit ini adalah dengan tes darah.
 
Penularan Hepatitis C
Virus hepatitis C adalah virus yang terkandung dalam darah, artinya virus ini menyebar/menular melalui darah dan produk-produk darah. Cara penularan umumnya meliputi:

  • Luka tusuk jarum suntik di kalangan tenaga kesehatan.
  • Transfusi darah sebelum pertengahan tahun 1992 (selepas tahun 1992, bank darah mulai melakukan penapisan secara ketat untuk Hepatitis C dengan menerapkan cara pemeriksaan yang efektif).


  • Pemakaian narkoba suntik (misalnya pemakaian jarum suntik yang sama secara bergantian).
Cara-cara penularan lainnya meliputi :
  • Akupunktur dan tindikan pada tubuh dengan menggunakan jarum yang tidak disterilisasi atau dibersihkan sebagaimana mestinya.

  • Tato dengan menggunakan jarum yang tidak disterilisasi atau tinta yang telah terkontaminasi.

  • Pemakaian barang-barang perawatan pribadi secara bergantian (misalnya pisau cukur, sikat gigi, gunting atau pengikir kuku) dan alat-alat rumah tangga lainnya yang telah terkena darah.

  • Pemakaian kokain hisap dengan menggunakan sedotan atau alat lain yang sama secara bergantian di antara pemakai. Pemakaian sedotan untuk menghisap kokain bisa menyebabkan kontak darah melalui luka atau goresan pada hidung.
  • Aktivitas seksual yang menyebabkan perdarahan atau kontak darah antara pasangan yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi (misalnya melalui luka yang terbuka).

Virus hepatitis C tidak menular melalui kontak biasa seperti berpelukan, bersin, batuk atau duduk berdekatan dengan pengidap Hepatitis C.

Hepatitis C jarang ditularkan lewat aktivitas seksual. Namun, ada kecenderungan bahwa mereka yang memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami infeksi virus hepatitis C.

Satu - satunya cara untuk melindungi diri Anda adalah dengan menghindari perilaku seks yang berisiko, seperti melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan atau dengan satu pasangan yang status kesehatannya tidak jelas.

Sekalipun jarang, hepatitis C bisa juga menular dari ibu kepada anaknya selama proses persalinan. Sebagian besar penelitian memperkirakan bahwa risiko penularan melalui cara ini meningkat hingga 8%. Kegiatan menyusui belum ditemukan terkait dengan penularan virus hepatitis C. 


Bila Anda atau pasangan Anda mengidap hepatitis C, dan Anda (bila Anda seorang isteri) atau isteri Anda (bila Anda seorang suami) tengah mengandung ataupun Anda dan pasangan tengah berencana untuk memiliki anak, sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter perihal tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.

Seorang yang terinfeksi Hepatitis C dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya.

Dengan mengetahui cara penularanya, maka kita dapat berusaha untuk dapat mencegah terpapar oleh penyakit Hepatitis C.

Konsekuensi Penderita Hepatitis C


Salah satu konsekuensi paling berat pada penderita Hepatitis C adalah kanker hati.
Sekitar 15 % pasien yang terinfeksi virus Hepatitis C dapat menghilangkan virus tersebut dari tubuhnya secara spontan tanpa menghadapi konskwensinya di kemudian hari. Hal tersebut disebut infeksi akut. Sayangnya, mayoritas penderita penyakit ini menjadi kronis. (suatu penyakit dikatakan kronis bila menetap lebih dari 6 bulan).
Hepatitis C kronis salah satu bentuk penyakit Hepatitis paling berbahaya dan dalam waktu lama dapat mengalami komplikasi, apalagi bila tidak diobati.
Penderita Hepatitis kronis beresiko menjadi penyakit hati tahap akhir dan kanker hati. Sedikit dari penderita Hepatitis kronis, hatinya menjadi rusak dan perlu dilakukan transplantasi hati. Kenyataannya, penyakit hati terutama Hepatitis C penyebab utama pada transplantasi hati sekarang ini.
Sekitar sepertiga kanker hati disebabkan oleh Hepatitis C. Hepatitis C yang menjadi kanker hati terus meningkat di seluruh dunia karena banyak orang terinfeksi Hepatitis C tiap tahunnya.

Walaupun Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, kerusakan hati terus berlanjut dan menjadi parah seiring waktu.
Saat hati menjadi rusak (sebagai contoh, karena Hepatitis C) hati tersebut akan memperbaiki sendiri yang membentuk parut. Bentuk parut ini sering disebut fibrosis. Semakin banyak parut menunjukkan semakin parahnya penyakit. Sehingga, hati bisa menjadi sirosis (penuh dengan parut).
Struktur sel hati mulai pecah, sehingga hati tidak lagi berfungsi normal. Kerusakan hati yang disebabkan Hepatitis C biasanya terjadi secara bertahap selama 20 tahun, tetapi beberapa faktor dapat membuat perkembangan penyakit lebih cepat, seperti alkohol, jenis kelaminnya pria, umur dan infeksi HIV. Karena infeksi Hepatitis C dapat menyebabkan kerusakan hati tanpa gejala, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan sedini mungkin dan bicarakan pilihan pengobatan dengan dokter anda. Penelitian menunjukkan pasien yang diobati sebelum hatinya rusak secara signifikan memiliki respon yang lebih baik terhadap pengobatan dibandingkan pada pasien yang menunda pengobatannya. 
 
Proses Kerusakan Hati
Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu penyakit (misalnya Hepatitis C), hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Dengan keadaan ini dokter dapat memberitahu anda apakah hati sudah rusak atau belum. Bila konsentrasi enzim tersebut lebih tinggi dari normal, itu adalah tanda hati mulai rusak. Sewaktu penyakit hati berkembang, perubahan dan kerusakan hati meningkat.

Fibrosis.
Setelah membengkak, hati mencoba memperbaiki dengan membentuk bekasluk atau parut kecil. Parut ini disebut "fibrosis", yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut "sirosis".

Sirosis

Kerusakan yang berulang, area besar hati yang rusak dapat menjadi permanen dan menjadi koreng. Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak. Hati mulai menciut dan menjadi keras. Penyakit Hepatitis C kronis biasanya dapat menyebabkan sirosis sama seperti kelebihan mengkonsumsi minuman beralkohol.

Fungsi hati rusak.
Sewaktu sirosis bertambah parah, hati tidak dapat menyaring kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi dapat memproduksi “clotting factor” untuk menghentikan pendarahan. Cairan tubuh terbentuk pada abdomen dan kaki, pendarahan pada usus sering terjadi, dan biasanya fungsi mental menjadi lambat. Pada titik ini, transplantasi hati adalah pilihan satu-satunya.

Kanker hati.
Kadang kala kerusakan sel hati diikuti dengan perubahan gen sel yang mana dapat menjadi kanker. Pasien Hepatitis C kronis memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita "hepatocellular carcinoma", suatu tipe tumor hati.

Sirosis dapat dihentikan dan kadang kala dapat dicegah. Untuk pasien Hepatitis C kronis, sangat penting untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada hati dimana sirosi lebih buruk. Selain itu, jika anda penderita penyakit Hepatitis C hindari alkohol secara total. Juga jangan minum alkohol dengan acetaminophen (merupakan kandungan obat sakit kepala dan flu), karena bila dikonsumsi berbarengan dapat menyebabkan kondisi "hepatitis fulminant", yang dapat menyebabkan fungsi hati rusak total. 

Faktor Resiko Hepatitis C 
Karena Hepatitis C menular dari orang ke orang melalui kontak dengan darah yang terinfeksi virus Hepatitis C, aktivitas yang meningkatkan kontak dengan darah tersebut perlu dipertimbangkan sebagai faktor resiko.
Faktor resiko yang paling umum adalah pengguna obat bius suntik dan darah serta produk transfusi darah sebelum tahun 1992
Faktor resiko lain seperti tato dan tindik tubuh. Tinta atau jarum tato yang digunakan untuk membuat tato atau menindik dapat menjadi pembawa virus Hepatitis C dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya, jika pelaku tidak melakukan sterilasasi pada perlengkapannya.
Faktor resiko lainnya adalah luka tertusuk jarum, terutama pada pekerja kesehatan, hemodialisis dan transplantasi organ sebelum tahun 1992.
Luka karena jarum suntik, yang seringkali terjadi pada petugas kesehatan, dapat menjadi alat penularan virus Hepatitis C. Probabilitas penularan virus Hepatitis C melalui jarum suntik lebih besar dibanding dengan virus HIV.
Sekarang ini, pada penderita HIV ada protokol standar dalam penanganan jarum suntik untuk mengurangi resiko tertular HIV atau AIDS. Sayangnya, tidak ada protokol yang sama untuk penanganan pada penderita Hepatitis C untuk menghindari penularan melalui jarum suntik.

Pengguna Obat Bius Suntik
Dua pertiga pengguna obat bius suntik mengidap Hepatitis C.
Orang yang menggunakan obat bius suntik, walaupun sekali, memiliki resiko tinggi tertular Hepatitis C. Sekarang ini, resiko terinfeksi virus Hepatitis C melalui obat bius suntik lebih tinggi dibandingkan terinfeksi HIV sekitar 60% hingga 80% yang terinfeksi Hepatitis C sedangkan yang terinfeksi HIV sekitar 30%.
Virus Hepatitis C mudah sekali menyebar melalui berbagi jarum, jarum suntik dan perlengkapan lain pengguna obat bius suntik.

Hubungan Seksual
Meskipun Hepatitis tidak mudah menular melalui hubungan seksual, prilaku seksual yang beresiko, terutama yang memilki pasangan seksual lebih dari satu, menjadi pemicu meningkatnya resiko terinfeksi virus Hepatitis C.
Sekitar 15 % infeksi Hepatitis C ditularkan melalui hubungan seksual. Penularan melalui hubungan seksual pada Hepatitis C tidak setinggi pada Hepatitis B. Walaupun demikian, prilaku seks yang beresiko tinggi berhubungan dengan peningkatan resiko tertular Hepatitis C. Faktor resiko dari penularan Hepatitis C melalui hubungan seksual meliputi
  • Memiliki lebih dari satu pasangan
  • Pengguna jasa PSK
  • Luka karena seks (kurangnya pelicin pada vagina dapat meningkatkan resiko penularan melalui darah)
  • Melakukan hubungan seksual sewaktu menstruasi.
Pada pasangan yang menikah, resiko penularan meningkat sejalan dengan lamanya perkawinan. Hal ini berkaitan dengan hubungan seksual dan berbagi perlengkapan (seperti sikat gigi, silet cukur, gunting kuku dan sebagainya).
Jika anda memiliki hubungan seksual dengan orang yang memiliki faktor resiko terinfeksi Hepatitis C, anda sebaiknya menjalankan tes untuk Hepatitis C juga.


Baca juga:
Daftar Pustaka:
http://www.pegintron.com


By DEDEN SURA AGUNG

Comments
0 Comments

0 komentar :

Posting Komentar

SHARING, BLOGGING AND EARNING