Vaksin Gardasil dan Cervarix yang terbukti efektif
hanya jika diberikan sebelum infeksi HPV, sehingga dianjurkan bahwa mereka akan
diberikan sebelum seseorang aktif secara seksual. Keputusan FDA termasuk
informasi tentang usia dan jenis kelamin untuk penerima vaksin.
FDA menyatakan
Gardasil diberikan pada wanita dan laki-laki usia 9 sampai 26. dan Cervarix
untuk digunakan dalam usia wanita 9-25.
A. Vaksin Gardasil
Vaksin Gardasil yaitu vaksin yang diproduksi oleh
Merck & Co. , Inc. Vaksin ini juga disebut Quadrivalent Yang berfungsi
untuk melindungi terhadap empat jenis tipe HPV yaitu 6, 11, 16,dan 18. Gardasil diberikan melalui serangkaian tiga
suntikan ke dalam jaringan otot selama 6 bulan.
FDA telah menyetujui Gardasil untuk digunakan pada
perempuan untuk pencegahan kanker seviks, vulva dan kanker vagina yang
disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.
Selain pada wanita Vaksin ini juga di anjurkan
untuk digunakan pada laki-laki untuk pencegahan kanker dubur dan lesi prakanker
dubur yang disebabkan oleh HPV tipe 16
dan 18. Selain itu Gardasil juga terbukti untuk pencegahan kutil kelamin yang
disebabkan oleh HPV tipe 6 dan 11.
Vaksin ini lebih efektif di berikan usia 9 sampai 26 tahun.
B. Vaksin Cervarix
Vaksin Cervarix adalah vaksin yang diproduksi oleh
GlaxoSmithKline (GSK). Sering juga disebut bivalen vaksin karena target vaksin
hanya dua jenis HPV yaitu tipe 16 dan 18. Vaksin ini juga diberikan dalam tiga
dosis selama 6 bulan. Cervarix diberikan digunakan pada usia perempuan 9 - 25
tahun hanya untuk pencegahan Kanker Serviks disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.
Kedua vaksin ini Gardasil dan Cervarix dikembangkan oleh ilmuan NCI. NCI
lisensi teknologi untuk dua perusahaan-Merck farmasi dan GSK untuk
mendistribusikan vaksin HPV secara luas
2. Cara
kerja vaksin HPV
Vaksin HPV bekerja seperti imunisasi lain. Komponen permukaan yang unik dari HPV dapat membuat
respon antibodi yang mampu melindungi tubuh terhadap infeksi, dan komponen ini
dapat digunakan untuk membentuk dasar vaksin.
Komponen permukaan HPV dapat berinteraksi satu sama
lain untuk membentuk Virus-Like Partikel (VLP) yang tidak menular, karena
mereka tidak memiliki DNA. Namun, VLP ini dapat menempel pada sel-sel dan
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi yang dapat
mencegah Papillomavirus menginfeksi sel dimasa mendatang.
Meskipun vaksin HPV dapat membantu mencegah infeksi
HPV masa depan, mereka tidak bisa membantu menghilangkan infeksi HPV yang ada.
Artinya mereka hanya berfungsi untuk mecegah terjadinya Kanker Serviks bukan
untuk mengobati.
3. Efektifitas
vaksin sebagai imunitas
Gardasil dan Cervarix sangat efektif dalam mencegah
infeksi dengan jenis HPV yang targetkan. Vaksin telah terbukti memberikan
perlindungan terhadap penyebab Kanker Serviks secara terus-menerus untuk
infeksi HPV tipe 16 -18 hingga 8 tahun, yang merupakan waktu maksimum
penelitian sejauh ini. Karena vaksin HPV dikeluarkan pada bulan juni 2006.
Para ilmuan akan terus melanjutkan penelitian Untuk
mengetahui total durasi waktu perlindungan yang diberikan oleh ke dua vaksin
ini. Vaksinasi HPV juga telah diterbukti mencegah perubahan sel serviks
prakanker yang disebabkan oleh HPV 16/18.
Hasil ini menunjukkan durasi perlindungan dari vaksin kemungkinan akan
bertambah hingga 4-6 tahun kedepan pada wanita yang tidak terinfeksi HPV pada
saat vaksinasi.
4. Metode
pemberian Vaksin HPV (proses vaksinasi)
Gardasil dan Cervarix dirancang untuk diberikan
melalui penyuntikan kedalam jaringan otot kepada orang-orang dalam tiga dosis /
tiga kali pemberian selama 6 bulan, yaitu bulan 0 (dosis pertama / pemberian
awal), bulan 1 (sebulan dari pertama) dan yang terakhir bulan ke 6 dari
pemberian pertama kali. Tetapi, sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa
perempuan yang hanya menerima dua dosis Cervarix telah mendapat sama besar
perlindungan dari infeksi HPV 16/18 dengan wanita yang menerima tiga dosis.
Namun temuan ini perlu dievaluasi dengan penelitian lebih lanjut untuk
menentukan apakah kurang dari tiga dosis vaksin akan memberikan durasi
perlindungan yang cukup.
Meskipun demikian, informasi ini mungkin membantu
para petugas kesehatan masyarakat yang mengelola program vaksinasi antara
kelompok orang tidak mungkin untuk menyelesaikan regimen dosis tiga.
5. Efek
samping pemberian Vaksin HPV
Setiap vaksinasi yang akan diluncurkan, harus telah
melalui beberapa tahapan uji klinis. Semua database mengenai vaksinasi,
termasuk indikasi dan efek sampingnya, disimpan dengan rapi oleh sebuah badan
pengawasan penyakit yang dikenal sebagai Centers for Disease Control and
Prevention (CDC).
Penelitian ini memperhatikan semua pola dari
berbagai kejadian ikutan yang terlaporkan dalam VAERS sejak vaksin HPV pertama
mendapat lisensi (Juni 2006) hingga 31 Desember 2008 dan merupakan studi
paska-lisensi HPV yang pertamakali dipublikasi secara luas, dan menyangkut
penelusuran klinis dari rekam medis pasien-pasien yang melaporkan VAERS.
Temuan ini secara umum tidak berbeda dengan laporan
keamanan vaksin-vaksin lain yang direkomendasikan untuk kelompok usia yang sama
(9 – 26 tahun), seperti meningitis dan Tdap. Berdasarkan penelusuran informasi
FDA dan CDC, vaksin HPV masih terbukti aman dan efektif, dan manfaatnya jelas
melebihi risikonya.
Temuan utama yang terdapat dalam studi tersebut
termasuk:
Lebih dari 23 juta dosis telah diberikan di Amerika
sejak vaksin HPV dilisensikan Juni 2006. Terdapat 12.424 laporan VAERS setelah
vaksinasi HPV hingga Desember 2008.
Sejak vaksin HPV disetujui, mayoritas kejadian
ikutan yang dilaporkan (sebanyak 94%) setelah vaksinasi HPV adalah kejadian
ikutan yang tidak serius.
Kejadian ikutan dianggap serius apabila:
- Mengancam nyawa
- Mengakibatkan kematian
- Disabilitas permanen
- Kelainan bawaan lahir
- Perawatan di rumah sakit atau perpanjangan perawatan
Kejadian ikutan yang paling sering dilaporkan
adalah:
- Sinkop (pingsan) – umumnya dijumpai pada penyuntikan anak-anak remaja
- Reaksi lokal pada lokasi suntikan (merah dan nyeri)
- Rasa melayang
- Mual
- Sakit kepala
Dari 12.424 laporan kejadian ikutan, 772 (6%)
merupakan kejadian ikutan yang serius, termasuk 32 laporan kematian
Dari 32 kasus kematian tersebut, dilakukan
pemeriksaan dan terbukti tidak ada pola khusus mengenai penyebab kematian dan
tidak ada pola yang mengarah pada vaksinasi sebagai penyebab. Pada kasus-kasus
yang dilakukan otopsi dan penelusuran rekam medis dan surat kematian, penyebab
kematian merupakan faktor-faktor diluar vaksinasi. Beberapa penyebab kematian
mereka adalah diabetes, infeksi virus, penggunaan obat-obatan terlarang, dan
gagal jantung.
Terdapat dua laporan penyakit saraf yang tidak
wajar yang secara otopsi dinyatakan sebagai kemungkinan varian Amitrophic
Lateral Sclerosis (ALS), seringkali dinyatakan sebagai penyakit Lou Gehrig.
Saat ini belum terdapat bukti bahwa vaksin HPV menyebabkan penyakit tersebut,
namun beberapa ahli sedang mempelajari kasus tersebut.
Beberapa laporan sinkop dan emboli paru
(penyumbatan bekuan darah di paru-paru), dinyataan bahwa mereka yang mengalami
emboli paru memang 90% memiliki faktor risiko pembekuan darah seperti
penggunaan pil KB. VAERS tidak dapat membuktikan bahwa vaksin tersebut
menyebabkan kejadian tersebut, namun temuan ini membutuhkan investigasi lebih
lanjut.
6. Efektifitas
vaksin apabila di berikan pada wanita yang telah terinfeksi PHV
Meskipun Gardasil dan Cervarix aman bila diberikan
kepada orang yang sudah terinfeksi HPV, tetapi vaksin tidak mempunyai kemampuan
untuk mengobati infeksi. Vaksin diatas hanya berguna untuk pencegahan. Kedua
Vaksin ini memberikan manfaat maksimal jika seseorang menyuntikkan vaksin HPV sebelum
ia aktif secara seksual.
7. Gambaran biaya untuk melakukan Vaksinasi HPV
Satu satunya kekurangan dari Vaksin ini adalah
harganya yang mahal. Untuk melihat harga terbaru di Medicastore, klik
link dibawah:
Pemberian vaksin dapat di lakukan di dokter-dokter anak,
klinik atau rumah sakit pemerintah atau tempat praktek dokter di
kota anda. Namun, biaya atau harga untuk vaksinasi mungkin ditentukan
oleh klinik yang menyediakan layanan Vaksin HPV untuk mencegah Kanker Serviks.
Konsultasikan dengan dokter anda.
Baca juga: